Arti
Domba dan Kambing dalam Alkitab
(Matius 25:31-33) “Apabila Anak
Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua
bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan
mereka seorang dari pada seorang, sama
seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah
kiri-Nya.”
Sangat
menarik untuk diperhatikan bahwa apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya untuk
dipisahkan dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok domba dan kelompok kambing.
Kelompok
domba adalah anak-anak-Nya yang akan ditempatkan di sebelah kanan-Nya, sedang kelompok
kambing adalah mereka yang melakukan kejahatan yang akan ditempatkan di sebelah
kiri-Nya (Mat
25:31-46), artinya kelompok domba adalah mereka yang akan mewarisi sorga mulia.
Sedangkan
kelompok kambing akan dienyahkan dari hadirat-Nya untuk dimasukkan ke dalam api yang kekal
(neraka) yang telah disediakan untuk iblis dan pengikut-pengikutnya.
Mengapa Tuhan
mengumpamakan anak-anak-Nya sebagai domba. ?
Apa
sebenarnya yang ingin Allah katakan kepada kita melalui ciptaan-Nya yang satu
ini yaitu domba?
Sebenarnya Allah ingin mengatakan:
1.
Kemanusiaan-Nya digambarkan sebagai Anak Domba
Bila kita
dinyatakan sebagai “manusia” (Mikha 6:8), maka Tuhan Yesus menyatakan dirinya sebagai “Anak
Manusia”(Mat 8:20; 9:6; 10:23; 11:19). Bila kita disebut sebagai “domba”, maka
Dia disebut
sebagai “Anak Domba” (Wahyu 6:1; 7:9,14,17) dan juga sebagai “Anak Domba Allah”
(Yohanes 1:29,36).
Pelajaran
yang hendak diberikan Allah dengan menyatakan diri-Nya sebagai Anak Domba merupakan
pelajaran kerendahan hati. Itu dikarenakan domba adalah salah satu hewan yang
tidak memiliki pertahanan diri. Domba begitu lemah. Satu-satunya pertahanan yang domba miliki
adalah gembalanya. Apabila
kita mau dimuliakan dalam kerajaan-Nya, marilah kita menjadi domba-domba-Nya, yaitu
memiliki sifat rendah hati.
2.
Kerelaan-Nya digambarkan sebagai Domba yang kelu.
“Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba
yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang
yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes 53:7)
Kerelaan hati
untuk menanggung penderitaan karena kebenaran memang bersumber dalam hati yang
rela, tetapi biasanya terpancar keluar melalui mulut! Tidaklah mengherankan
apabila ada dosa yang
tersimpan dalam hati, sebab hal itu akan nyata melalui ucapan:
“Tetapi apa yang
keluar dari mulut
berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang” (Mat 15:18).
Salah satu
sifat domba adalah kerelaannya dan tidak pernah melawannya sekalipun saat dibawa ke
pembantaian karena hendak dijadikan makanan bagi manusia! Domba juga tidak pernah melawan saat
digunting bulunya untuk pakaian manusia. Makanan dan pakaian atau sandang pangan adalah dua
hal yang utama bagi kehidupan manusia. Demikian juga kerelaan Tuhan Yesus menjadi Anak
Manusia, yang harus dikorbankan adalah demi kehidupan manusia,
Dia mati supaya kita hidup!
Itulah sebabnya, perbuatan kita yang rela harus didasari dengan kasih dan
mempunyai tujuan supaya
orang dapat hidup!
Apakah kita
sudah memiliki kualitas domba! Yaitu memiliki kasih ilahi (Agape), kasih yang dapat memampukan
kita untuk menyerahkan nyawa kita demi kepentingan orang lain dan hal ini bisa
terjadi bila
kita mencapai pengenalan akan Anak Domba Allah itu:
“Demikianlah
kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita;
jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” -- (I Yohanes 3:16)
3.
Ketergantungan-Nya digambarkan sebagai Anak Domba
“Pada
keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:
"Lihatlah Anak domba Allah,
yang menghapus dosa dunia.” (Yoh 1:29)
Domba adalah
binatang yang hidupnya banyak tergantung kepada gembalanya.
Tuhan Yesus pernah berkata:
“Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
diri-Nya sendiri, jikalau tidak
Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19)
Tuhan Yesus,
sebagai Anak Domba Allah, memberikan contoh kepada kita, domba-domba milik-Nya,
bahwa kita pun harus belajar untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Bapa
dalam segala hal.
4.
Kelayakan-Nya sebagai Anak Domba yang tak bernoda
“Sebab
kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia ... dengan
darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda
dan tak bercacat.”
(I Petrus 1:18-19)
Kelayakan
seseorang di hadapan Allah bukanlah karena kepandaian atau latar belakang kedudukannya,
melainkan karena kehidupan yang kudus, yang tak bernoda dan tak bercacat!
Dalam
peraturan Hukum Taurat, domba-domba yang dikorbankan sebagai persembahan sembelihan
haruslah yang tidak bernoda dan tak bercacat; dan biasanya diambil yang berumur
satu tahun karena
itu, istilah “Anak Domba” dipakai untuk korban sembelihan.
Mereka yang nantinya layak untuk
menerima kemuliaan dalam surga adalah mereka yang mengikuti teladan hidup Tuhan Yesus, yaitu
yang menyediakan dirinya sebagai domba-domba sembelihan yang tidak bercacat dan tidak
bernoda! Dengan kata lain, kita harus hidup kudus dan tak bercacat cela.
PERSAMAAN
DOMBA DAN KAMBING
Diakhir jaman
Tuhan Yesus akan memisah-kan antara domba dan kambing. Mengapa harus di akhir
jaman? Mengapa tidak saat ini saja Tuhan pisahkan? Itu dikarenakan domba dan
kambing sangatlah
mirip. Berikut kemiripan diantara mereka berdua:
1. Keduanya
memiliki fisik yang hampir sama
Bila Saudara
melihat ukuran, bentuk tubuh, bentuk kepala dan bentuk kakinya,
kedua hewan
ini kelihatannya mirip sekali. Arti rohani, orang “Kristen
domba” dan
“Kristen
kambing” secara lahiriah mereka kelihatannya serupa, keduanya datang ke
gereja setiap
Minggu, keduanya membawa Alkitab, keduanya menyanyikan nyanyian gerejawi,
dsb. Bahkan yang lebih hebat lagi, keduanya mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Juruselamat.
2.
Keduanya memiliki suara yang sama
Domba dan
kambing menghasilkan suara yang sama ketika mereka “mengembik.” Kita mungkin hampir tidak
dapat membedakan apakah itu suara domba atau kambing yang mengembik.
Arti
rohani, seorang “Kristen domba” dan seorang “Kristen kambing” juga mengeluarkan
seruan
yang sama
ketika mereka berdoa: “Ya Tuhan, tolonglah kami...”
Di bawah ini,
kita akan melihat kata-kata yang diucapkan Tuhan Yesus, yang merupakan teguran keras
terhadap mereka yang termasuk kelompok “Kristen kambing.”
“Mengapa
kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”
(Luk 6:46)
“Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga ...” (Mat 7:21-23)
Mengapa bisa
disimpulkan demikian? Sebab mereka berseru kepada nama Tuhan, tetapi tidak melakukan
kehendak-Nya. Jadi mereka hanya berseru “mengembik” tetapi tidak melakukan perintah-perintah-Nya.
3.
Keduanya memberikan rasa daging yang mirip.
Daging domba
dan kambing sukar dibedakan, karena keduanya mirip dalam hal rasa. Keduanya memberikan
manfaat yang sama: menaikkan tekanan darah dan membuat hangat dengan menaikkan
suhu badan. Tetapi bila orang memakan daging ini terlalu banyak, mereka akan
terserang “panas
dalam” sehingga menimbulkan sakit pada tenggorokan dan bibir menjadi merah.
Arti
rohani, baik orang “Kristen domba” maupun seorang “Kristen kambing” memberikan manfaat yang
sama ketika mereka mengorbankan uang, tenaga, bakat, serta pengalaman mereka.
Bila mereka
melakukannya, maka pekerjaan Tuhan akan diberkati, demikian banyak orang akan tertolong.
Tapi Tuhan tidak melihat itu, Tuhan melihat hati mereka yang memberi. Ingatlah
bahwa ini sudah
terjadi dalam sejarah, yaitu korban Habel yang diterima oleh Allah, sedangkan
korban Kain ditolak
(Kej 4:1-7). Pada zaman rasul-rasul, korban Barnabas diterima oleh Tuhan
(Kisah Para Rasul 4:36- 37), tetapi
korban Ananias dan Safira ditolak (Kis 5:1-11).
PERBEDAAN
DOMBA DAN KAMBING
Berikut
perbedaan domba dan kambing:
1.
Mereka berbeda secara genus
Domba dan
kambing termasuk dalam keluarga Bovidae (hewan yang memamah biak dan berkaki
empat), tetapi domba termasuk genus ovis sedangkan kambing termasuk genus
capra. Jadi walaupun ada
persamaan secara fisik, dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda, sebab
genus mereka
berbeda dan karena itu jumlah kromosomnya berbeda.
Jumlah kromosom domba adalah 54, sedangkan
untuk kambing adalah 60. (cat. Kromosom adalah bagian sel yang dapat menurunkan
sifat). Karena perbedaan jumlah kromosom inilah maka domba dan kambing tidak boleh dikawinsilangkan!
Arti
rohani, secara kasat mata orang “Kristen domba” dan “Kristen kambing” memang mirip,
tetapi
kehidupan
mereka sungguh berbeda. Yang satu adalah “Kristen rohani” dan yang lainnya
adalah “Kristen daging”. Bila kita ingin menjadi seorang “Kristen rohani”, kita
tidak dapat menjadi seorang “Kristen daging”. Begitu juga sebaliknya. Rasul
Paulus berkata:
“Sebab
keinginan daging berlawanan dengan keinginan
Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan
— sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (Galatia 5:17)
2.
Domba suka hidup bersama
Domba adalah
makhluk sosial yang selalu menjaga hubungan dengan sesamanya secara konstan. Hal
ini semakin nyata ketika mereka menghadapi keadaan yang membahayakan atau menakutkan.
Oleh karena suka hidup bergerombol inilah maka dibutuhkan sedikit tenaga saja untuk
menggembalakan ribuan domba.
Sebaliknya kambing adalah hewan yang tidak suka bergerombol. Biasanya
gerombolan kambing hanya berkisar 5-20 ekor saja. Itulah sebabnya untuk menggembalakan
kambing dibutuhkan tenaga yang jauh lebih banyak. Dalam
pembicaraan Tuhan Yesus tentang domba, Dia memperkenalkan Diri-Nya sebagai gembala yang
baik, yang menyerahkan nyawa bagi domba-domba-Nya.
“Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa
mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku
bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang
ini; domba-domba
itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” (Yohanes 10:14-16)
Arti
rohani, kalau kita menjadi “Kristen domba”, yaitu jemaat dari Allah yang hidup,
yang dipimpin oleh
Tuhan Yesus sendiri, maka setiap kita (tidak peduli apa kedudukan kita secara rohani atau
jabatan dalam gereja) haruslah menjadi domba-domba gembalaan-Nya! Dan untuk ini kita
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
Mendengarkan suara-Nya
b. Mengikuti
Dia (Mat 16:24)
Domba dan
kambing cenderung berbeda pada waktu mereka makan. Domba lebih menyukai
makan tumbuh-tumbuhan di tanah atau rumput di tanah (merumput), tetapi kambing cenderung
memakan tumbuhan hijau yang menggantung.
Apa artinya? Itu artinya domba lebih suka makan
dengan kepala menunduk, sedangkan kambing lebih suka makan dengan mengangkat kepala.
Arti
rohani, hal serupa berlaku pada kehidupan seorang “Kristen domba” yaitu mereka yang mau
menundukkan diri pada waktu mendengarkan firman-Nya; sedangkan seorang “Kristen kambing”
sering kali mendengarkan firman-Nya dengan sikap sombong. Kesombongan adalah
ciri seorang “Kristen kambing” dan kerendahan hati adalah ciri khusus seorang “Kristen domba”!
1.
Domba adalah binatang yang tidak berdaya
Tidak berdaya
disini berbicara tentang tidak sanggup mempertahankan diri. Satu-satunya jalan bagi domba
dalam menghadapi bahaya adalah dengan lari atau mencari perlindungan. Bahkan domba jantan
yang bertanduk sekalipun hanya menggunakan tanduknya dalam pertarungan ritual terhadap
sesama domba dikelompoknya, bukannya memakai untuk mempertahankan dirinya terhadap
binatang lainnya. Hanya domba betina saja yang kadang-kadang mempertahankan
anak domba yang
baru dilahirkan dari serangan pemangsa.
Arti
rohani, itulah gambaran sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan Kristen domba,
yaitu menyadari
betapa lemahnya diri mereka dalam hal tubuh, sebab menyadari bahwa tubuh ini
adalah tubuh dosa.
Justru dengan kesadaran akan lemahnya tubuh itulah maka kita harus bersandar sepenuhnya
kepada Tuhan. Paulus berkata: “Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna...”
(2 Korintus 12:9b-10).
2.
Domba memiliki naluri untuk hidup dalam kawanan
Domba adalah
hewan yang memang mempunyai naluri untuk hidup dalam kawanan dan cenderung untuk diam
dalam daerah yang sama. Naluri untuk hidup bersama ini juga dapat terwujud jika anak-anak
domba itu diberikan susu dalam botol dan dibesarkan dalam hubungan yang erat dengan manusia.
Arti rohani,
menggambarkan domba-domba Tuhan, yang mendapatkan susu rohani dari hamba - hamba Tuhan, yang
menggembala-kan mereka dengan sungguh-sungguh untuk menumbuhkan kehidupan rohani
mereka.
Tapi yang perlu disadari oleh para gembala ialah bahwa domba-domba Tuhan itu
bukanlah diperoleh karena kehebatan pelayanan para gembala, melainkan karena pengorbanan
Tuhan Yesus!
3. Domba itu hewan yang menurut gembala
Domba yang normal itu suka menurut apa yang
disuruh oleh gembala . Domba itu mengerti dan mengenal suara dari gembala .
(Yohanes 10:27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan
Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
* Saat disuruh untuk mencukur bulu domba yang tebal maka domba itu menurut dan
tidak berontak .
Mencukur bulu itu memiliki arti rohani adalah memotong sifat kedagingan (nafsu dosa ) dalam
* Saat dipimpin oleh gembala untuk menuju ke
tempat berumput dan air maka domba itu mengikuti
gembala. Domba percaya kepada gembala yang menuntun untuk makan rumput dan minum air
23:1. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku,
takkan kekurangan aku.
23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput
hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di
jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Dalam arti rohani makan rumput itu berarti makan Firman Tuhan , merenungkan
dan melaksanan firman Tuhan itu . Minum air itu berarti hidup dipenuhi oleh
Tuhan Roh Kudus
* Domba menurut jika harus rela dibawa ketempat
pembantaian
( Kisah Para Rasul 8:32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba
Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan
orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.
(1 Korintus 5:7.)
Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi
adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba
Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
(Yohanes 1:29. ) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang
kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.
Sama seperti Tuhan Yesus (Anak Domba Allah )
rela mengorbankan tubuhnya untuk disalib untuk menebus dosa manusia yang mau
percaya kepada-Nya . Demikian juga kita harus rela berkorban untuk Tuhan Yesus
.
(Roma 8:36 ) Seperti ada
tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
BAHAYA
YANG DIALAMI OLEH DOMBA
1.
Tergeletak tidak bergerak
Ada yang
menarik dari tingkah laku domba, salah satunya adalah domba dapat mengalami pengalaman
yang disebut sebagai “a cast down sheep” yaitu keadaan domba “tergeletak tidak bergerak sama
sekali.”
Arti rohani, Orang Kristen domba juga terkadang
akan mengalami pengalaman “a cast
down sheep”.
Daud menyadari bahwa dalam hal demikian inilah seseorang yang mengaku dirinya
sebagai domba
yang tak berdaya sangat membutuhkan Tuhan sebagai Gembala dan hanya
Gembala itu
sajalah yang dapat menolongnya, menyegarkan dan memulihkan mereka. Saat jiwa
kita
tertekan,
satu-satunya cara kita hanya dapat berdiam diri dan mengembik! Ini berbicara
tentang
merindukan
mencurahkan jiwa, dan berharap kepada Tuhan, kemudian bersyukur kepada Tuhan.
Domba yang
gemuk atau sedang mengandung bila beristirahat, khususnya bila tanahnya berlekuk/cekung,
ada kemungkinan titik berat tubuhnya bergeser sehingga berguling dan ia telentang
dengan kaki ke atas, dan anehnya domba tersebut tidak akan bisa berbalik dengan sendirinya tanpa
bantuan gembalanya, persis seperti kura-kura terbalik.
Arti
rohani, Kita harus berhati-hati ketika kita diberkati, sepeti domba yang gemuk,
atau juga sukses dalam
karier/pelayanan rohani seperti domba yang sedang mengandung. Biasanya
disaat seperti itu
orang akan berlaku santai dan kadang-kadang mencoba memanjakan/memuaskan diri sendiri.
Hal yang serupa juga terjadi dalam kehidupan Raja Daud yang sedang santai di
Yerusalem padahal
tentaranya sedang melaku-kan peperangan melawan bani Amon. Dalam keadaan santai itulah ia
melihat Batsyeba, dan kemudian ia jatuh kedalam dosa! Kejatuhan orang percaya
dimulai ketika mereka tidak mau mengikuti jalan yang digariskan Tuhan, tetapi
dia memilih menurut penglihatannya sendiri, sesuatu yang kelihatannya nyaman bagi
dirinya.
3.
Bahaya saat bulu terlampau tebal
Bahaya yang
sama juga terjadi ketika bulu bulu terlampau tebal. Hal ini terjadi apalagi
ketika bulu domba
yang sudah berat itu terkena lumpur, kotoran dan hal-hal lain, yang membuatnya
sukar bergerak dan
kemudian tergeletak karena dibebani oleh berat bulu wolnya sendiri.
Wol adalah
bulu yang berharga mahal, yang dari padanya dibuat bahan pakaian yang mahal.
Jika domba itu tidak dicukur, maka
bulunya yang mahal itu hanya dipakai untuk dirinya sendiri saja.
Arti
rohani, ini merupakan gambaran yang jelas tentang orang Kristen yang memiliki sifat
yang egois. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan hanya dipakai untuk dirinya
sendiri saja, sehingga mereka dibebani olehberkat-berkat
yang mengakibatkan kehidupan yang tidak seimbang dan mulai tergeletak. Seperti domba
yang perlu memberikan bulu wolnya dengan kerelaan untuk dicukur . Maka anak - anak Tuhan yang
diberkati harus rela untuk menjadi saluran berkat yang Tuhan percayakan supaya tidak jatuh
tergeletak!
“Peringatkanlah
kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan
berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah
yang dalam kekayaan-Nya
memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar mereka itu
berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan
suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang
untuk mencapai
hidup yang sebenarnya.” (I Tim 6:17-19)
Sebagaimana dengan
domba yang dicukur dengan hasil yang menggembirakan, baik bagi
domba itu
sendiri maupun juga gembalanya, demikianlah hal yang sama juga akan diterima
oleh
PERILAKU
DOMBA PADA WAKTU MAKAN
Domba
menghabiskan waktu hampir seluruh hari dengan makan. Mereka paling lama dan aktif merumput pada waktu pagi hari dan kembali melakukan demikian pada sore hari,
dan selalu dalam arah
maju. Waktu merumput diikuti dengan waktu istirahat dan memamah. Memamah ini dilakukan
kira-kira 8-10 jam sehari dan dikerjakan dalam 8 - 15 tahapan/sesi.
Domba memakan
tanaman sampai dekat tanah, memilih-milih menurut bau dan rasanya. Mereka akan
menghindar dari tanaman atau daerah yang tercemar dengan kotoran domba. Penolakan
terhadap kotoran dari hewan sejenis memang merupakan sifat dari hewan yang merumput atau
pada umumnya, dan itu memang merupakan naluri dari hewan untuk menolak baksil/bakteri
yang ada dalam kotoran tersebut. Domba mengeluarkan kotoran kira-kira 8-10 kali setiap
harinya, yang berarti membagikan pupuk kandang secara merata di atas seluruh
rumput. Dibawah ini
kita akan melihat bagaimana perilaku makan seekor domba:
Domba
memiliki kebiasaan bangun pagi hari sebelum matahari terbit dan kemudian mulai
makan. Bila
ada bulan purnama, mereka juga akan merumput pada waktu malam. Pagi hari disini
digambarkan
ketika tumbuh-tumbuhan itu masih diliputi oleh embun, sehingga domba dapat
memenuhi
kebutuhan air yang cukup dengan makanan yang demikian. Haruslah disadari bahwa
70% tubuh
domba terdiri dari air. Air menentukan kekuatan, semangat dan kesehatan domba.
Sebab apabila
mereka haus mereka tidak akan tenang! Itulah sebabnya sebagai gembala yang baik
dan rajin, ia
harus bangun pagi untuk membawa domba-dombanya sehingga dapat memperoleh
makanan yang
bercampur air.
Arti
rohani, dalam kehidupan kekristenan, kita pun harus mempraktekkan untuk memakan
firman Tuhan
yang diurapi embun dari sorga, yaitu ketika hati mengucap syukur dengan
penyembahan
dan puji-pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya anak-anak Tuhan yang saleh umumnya
bangun pada
pagi hari untuk mulai “makan” firman-Nya.
“TUHAN,
pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur
persembahan
bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” (Mzm 5:4)
Pagi hari
adalah waktu yang terbaik bagi kita untuk mulai mengarahkan hati kita kepada
Tuhan
dan bersekutu
dengan Dia. Tuhan berjanji, bahwa di mana ada korban yang dipersembahkan di
situlah Dia
akan hadir untuk memberkati (Kel 20:24).
Berkat yang
terbesar adalah berkat firman-Nya, sebab dengan demikian perjalanan hidup kita
akan
terpimpin dan terpelihara, sebab firman-Nya adalah pelita bagi kaki kita dan
terang bagi jalan
Jika
domba-domba itu memperoleh makanan pada pagi hari, maka rumput yang mereka
makan
akan penuh
dengan air, sehingga mereka dapat makan sampai kenyang dan puas dan
beristirahat.
Salah satu
sifat domba adalah mereka tidak dapat beristirahat dengan tenang ketika perut
mereka
lapar. Dan
ketika mereka dapat membaringkan diri karena perut yang sudah kenyang, saat
itulah
mereka mulai
melakukan proses memamah biak!
Ini berbicara
tentang merenungkan firman Tuhan yang telah kita terima dipagi hari,
mengingatingatnya
kembali,
merenungkannya dan melakukannya di sepanjang hari.
2.
Makan dengan arah maju
Jika
merumput, maka domba akan melakukan itu dengan arah maju. Ada alasan yang baik untuk makan
dengan langkah maju, sebab bila mundur mereka akan bertemu dengan kotoran yang dikeluarkannya
sendiri, sehingga mereka akan menemukan rumput tercemar.
Arti
rohani, kita sebagai seorang “Kristen domba”, harus memiliki wahyu yang progresif
dan menerima
pernyataan-pernyataan yang baru. Untuk itu, mintalah anugerah pernyataan-Nya yang baru, yang
progresif. Kita harus
menjadi orang Kristen domba yang progresif, yang selalu bergerak maju ke daerah
baru bersama
dengan Tuhan; bila demikian halnya, kita akan menjadi orang Kristen yang sehat, kuat dan
kudus karena selalu diperbaharui, dan tidak terkontaminasi dengan masa lalu
yang merintangi
kita!
Domba adalah
hewan yang memamah biak, mereka perlu mencerna makanan yang berkadar serat sangat
tinggi. berikut tahapan-tahapan memamah biak domba::
a. Rumen
- perut besar di mana makanan disimpan sebelum dimuntahkan untuk dikunyah
lebih
jauh. Fungsi
rumen adalah seperti ruangan fermentasi, yaitu mengubah tanaman yang mempunyai
selulosa yang
tinggi, yang hampir tidak berharga menurut ilmu gizi menjadi zat yang berharga
b. Reticulum
- dengan bentuk “sarang tawon” adalah lanjutan dari rumen, dan dari
reticulum inilah
makanan
dimuntahkan kembali ke mulut.
c. Omasum
- perut ketiga yang mempunyai serabut-serabut yang memanjang. Hanya makanan
yang telah
dikunyah sampai halus yang dapat masuk ke perut ini.
d. Abomasum
- perut yang sebenarnya, yang berperan seperti perut manusia, yang mencerna
makanan sehingga dapat diisap melalui dinding perut yang kemudian menjadi darah
dan daging.
Arti
rohani, Seharusnya begitulah yang terjadi dalam kehidupan seorang Kristen domba.
Kita harus melakukan tahapan-tahapan
dalam mencerna firman Tuhan yang akan kita makan/terima, baik melalui pembacaan
Alkitab setiap hari maupun melalui pendengaran, pada waktu mendengarkan
kotbah/renungan.
Tahapan-tahapan
tersebut adalah:
a.
Tahapan menerima dan menyimpan
Sebagaimana
makanan yang dimasukkan ke dalam perut besar “rumen” kemudian disimpan
oleh domba,
begitu jugalah kita menyimpan makanan kita.
“Hai
anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
...” (Amsal 2:1-2)
Seperti
halnya domba yang menyimpan makanannya di dalam rumen, kita juga harus menyimpan
firman-nya dalam hati kita. Sebab firman itu, yang kelihatannya sukar dicerna
dan tidak
berharga, kelak akan menjadi sangat berharga untuk hidup!
Tahapan
penguraian adalah tahapan berdoa di dalam Roh kudus sebagaimana firman Tuhan ini:
“Karena
kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu,
bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (I Korintus 2:10)
Berdoalah dalam
Roh untuk
mengerti firman-Nya.
“Janganlah
engkau lupa memperkata-kan kitab Taurat ini, tetapi renungkan-lah itu siang dan malam, supaya engkau
bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab
dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8)
“Berbahagialah
orang ... yang kesukaan-nya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2)
Marilah kita
mengulang-ulangi firman Tuhan dengan suara kita saat kita mengucapkan
janjijanji-
Nya bahkan
kalau perlu juga dengan menggeram ketika mengucapkan kata-kata melawan
iblis! Seperti
domba yang suka mengunyah ulang makanannya, demikian juga orang
Kristen domba
harus “mengunyah ulang” santapan rohani kita yaitu Firman Tuhan
dengan cara
merenungkannya setiap hari. Jika Saudara mau mengalami sukses yang luar
biasa,
Saudara harus merenungkan firman itu siang dan malam!
Setelah
dikunyah, proses terakhir masuk ke perut, ke usus dimana terjadi proses
penyerapan, yang kemudian dari zat-zat yang diserap itu dibentuk sel-sel darah
dan yang membuat domba memiliki kehidupan dan pertumbuhan dan juga pembiakan
dan mengeluarkan susu.
Firman Tuhan,
roti dari sorga itu, digambarkan oleh Tuhan Yesus sendiri sebagai daging dan
darah-Nya
yang harus kita makan dan minum sehingga menjadi daging, tubuh yang melakukan
kehendak-Nya
dan menjadi darah, jiwa yang memikirkan, merasakan, dan memiliki kehendak yang
sesuai dengan
Tuhan! Jadi dengan menerima, menguraikan, merenungkan dan menyerap firman Tuhan
yang adalah roh, maka jiwa akan mengalami perubahan dan akhirnya tubuh akan
bertindak sesuai dengan firman -
inilah yang disebut: firman itu menjadi darah dan daging!
Penciuman
domba sangat tajam sehingga dapat memilih tumbuh-tumbuhan yang akan
dimakannya.
Dengan penciuman itu pula, mereka menolak untuk makan rumput yang tidak baik
atau
terkontaminasi dengan kotoran. Selain itu, induk domba sangat mengenali
anak-anaknya
dengan indra
penciumannya.
Arti
rohani, sebagai seorang “Kristen domba” kita harus dapat membedakan mana yang benar dan
tidak benar. Itulah sebabnya jika kita benar-benar sudah menjadi domba Tuhan,
kita pasti
memiliki naluri atau hati yang dapat menimbang sebab hati nurani itu telah
disucikan/ dipulihkan!
Domba dapat
mendengarkan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada yang dapat
didengar oleh
manusia; jadi apa yang tidak dapat didengar oleh manusia dapat didengar oleh
Arti
rohani, sebagai seorang Kristen yang memiliki kualitas “Kristen domba”, ia harus
dapat
mendengarkan
suara Roh Kudus yang tidak dapat didengar oleh manusia biasa.
Oleh karena
mata domba terletak pada kedua sisi kepalanya, ia hanya dapat melihat dengan
kedua matanya
untuk objek yang berada di depan saja, sedangkan untuk objek-objek disamping
kanan maupun
kiri hanya dapat dilihat dengan satu mata saja. Jika memakai kedua matanya
(binocular
vision), domba akan melihat objek dengan lebih baik sehingga perkiraan jaraknya
pun
akan lebih
tepat. Tidak demikian halnya jika ia memakai satu mata saja (monocular vision),
objek
yang
dilihatnya tidak dapat diperkirakan jaraknya dengan baik.
Arti
rohani, bila Saudara ingin memiliki perjalanan hidup yang baik, milikilah pandangan
ke depan, yaitu
memandang kepada Tuhan saja yang telah mati dan dibangkitkan dari antara orang mati.
Jangan
menyimpang ke kanan atau ke kiri, walaupun domba dapat melihat objek di sebelah kanan atau
kiri, ia tidak dapat memperkirakan pandangannya dengan baik, karena ia
melihatnya hanya dengan
satu mata. “Kristen domba” sebaiknya jangan melihat ke kanan atau ke kiri
sehingga menyimpang.
Kita harus melihat satu jalan saja, yaitu jalan menuju kepada Tuhan.
Sifat bahaya dari kambing yaitu :
1. Kambing adalah hewan yang independen, domba
hidup sebagai kawanan.
Pada akhir jaman Tuhan perintahkan untuk pergi
ke lorong dan perempatan jalan, lalu membawa orang sakit dan miskin ke pesta
raja. Kegerakan besar akhir jaman terjadi di tengah-tengah keterpurukan dan
penderitaan manusia. Tuhan ulurkan tangan dan mendatangkan lawatan di situ.
Tapi untuk mengerjakan semua itu, kita tidak bisa melakukannya sendirian. Tuhan menjadikan kita sebagai bagian
dari tubuh Kristus, dan tubuh terdiri dari banyak anggota.
Sifat kambing:
merasa bisa lakukan semua sendiri, tidak membutuhkan orang lain, merasa paling
bisa, merasa paling mampu, merasa punya segalanya. Domba adalah binatang yang hampir tidak punya senjata,
mereka sadar membutuh satu-sama lain untuk saling menjaga. Domba itu suka saling menolong
Orang
Kristen yang bersifat domba akan tergabung dalam sebuah komunitas kelompok sel,
sementara yang bersifat kambing tidak akan mau bergabung.
Thomas Alva Edison menemukan bola lampu. Semula p Agung membayangkan Edison
sebagai orang yang tekun dan sendirian meneliti di laboratorium, jarang keluar
dan bertemu orang lain. Tapi ternyata Edison tidak bekerja sendirian, tapi
dalam tim yang terdiri dari minimal 30 orang dari berbagai disiplin ilmu.
Edison juga orang yang pandai bergaul, sangat terampil berbicara dengan pers
dan pintar meng-expose dirinya.
Kita terima mandat begitu banyak dan besar, dan mengerjakan banyak hal bagi
Tuhan. Semua itu tidak mungkin dilakukan sendiri, kita butuh yang lain, dan
kita harus hidup di dalam sebuah kawanan.
Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan
dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan. (Pkh 4: 12)
Daud gambarkan dirinya sebagai domba, dan
tidak pernah gambarkan dirinya sebagai kambing.
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.(Mam 23: 1)
Banyak orang Kristen tidak bisa hidup sebagai kawanan. Untuk hidup sebagai
kawanan kita harus punya perilaku, cara berfikir dan hati yang luas. Kita harus
mau belajar dari orang lain, dan tidak menutup diri dari pendapat orang lain.
Hidup
menyendiri memudahkan dalam banyak hal: tidak ada gesekan atau singgungan,
tidak ada masalah. Orang lain akan memaklumi jika seorang penyendiri berfikir
secara sempit. Jika kita hidup sebagai kawanan dari Tuhan Yesus, kita akan
bersentuhan dengan banyak hal.
Gereja dibangun oleh 5 jawatan, maka kita harus mau belajar dari semua jawatan
itu. Saat kita hanya memikirkan satu aspek dan menolak yang lain, maka kita
berfikir sempit, dan membuang kekayaan rohani yang sedang ditawarkan kepada
kita.
Contoh berfikir sempit: sebagian orang ekstrim profetis, sebagian menolak total
yang profetik. Dua kelompok ini kurang bijaksana.
Setiap hamba Tuhan punya karunia, jawatan, mandat, dan urapan yang
berbeda-beda. Yang terbaik: kita ambil semuanya. Kemampuan kita untuk menyerap
semua yang Tuhan berikan akan menentukan seberapa lengkapnya kita dalam
menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan.
Seorang
hamba Tuhan dari Australia diundang ke JKI. Dia bertanya kepada p Agung materi
apa yang harus disampaikan, karena dia menguasai banyak bidang. Ini meng-inspirasi
p Agung.
Dari buku "Rahasia berpikir para milionair": Saat disuruh pilih A atau B,
maka dia pilih A dan B. Ini adalah cara berfikir yang sangat luas, yang membuat
kita maju berkembang dengan tidak terbatas.
Ada berbagai gaya hamba Tuhan. Daripada kita mencari-cari kesalahan seorang
hamba Tuhan, lebih baik kita ambil semua kelebihannya. P Agung punya berbagai
pengurapan karena belajar dan menyerap dari berbagai hamba Tuhan.
Hubungan kita dengan Tuhan dan sesama butuh iman
Jiwa kita harus kita latih untuk berfikir
bahwa kita adalah domba dan bukan kambing
Apapun yang kita tolak tidak akan pernah memberkati hidup kita.
Pernah
ada satu gereja di Indonesia yang mengalami kegerakan besar-besaran. Banyak
pendeta yang mengeluh, mengomel, dan marah pada gereja tersebut. Tuhan melarang
p Agung untuk ikut-ikutan berkata negatif tentang gereja itu. Bertahun-tahun
kemudian, ternyata berkat yang dialami gereja itu juga dialami JKI Injil
Kerajaan, tapi semua hamba yang pernah berkata negatif, tidak ada yang jadi
besar.
2. Kambing tidak bisa dikurung
Kambing
selalu mencoba merusak, mendobrak, dan menghancurkan apapun yang mengurungnya.
Manusia di desain hidup dengan batasan. Contohnya manusia ketika di taman Eden.
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada
manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." (Kej 2: 16-17)
Sebelum
manusia jatuh dalam dosa, yang membedakan antara kita dengan Tuhan adalah:
Tuhan tidak terbatas, tetapi manusia dibatasi oleh kedaulatan Tuhan.
Kambing
tidak bisa dibatasi. Orang bermental kambing sulit menerima berkat dengan kuat.
Berbahagialah orang yang lemah
lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Mat 5:5)
Kata “lemah lembut” berasal dari istilah “keledai liar yang sudah dijinakkan
dan ditundukkan”. Artinya punya kuasa yang hebat, tapi terkontrol (great
power under control)
Saat
ditangkap di taman Getsemani, Yesus bisa mendatangkan 12 pasukan malaikat, tapi
Dia tidak mau. Karena Yesus tahu bagaimana dan kapan harus menggunakan
kekuatanNya, dan kapan harus menyerahkan nyawaNya.
Kambing tidak bisa dibatasi aturan, karena kekuatan besar kambing tidak pernah
dalam kendali, tidak ada penguasaan diri, tidak bisa dinasehati. Kambing ingin
kebebasan yang sebebas-bebasnya.
Orang yang tidak terbiasa mengikuti aturan akan hancur. Seberapapun kekuatan
yang dikerahkannya untuk menghancurkan sebuah pagar, majikannya akan membangun
pagar yang lebih kuat. Ujung-ujungnya justru tanduknya yang hancur.
Banyak orang tidak mau dikoreksi, dan menganggap koreksi sebagai permusuhan!
Saat
dikumpulkan dengan domba, maka kambing selalu memimpin. Saat kambing masuk ke
dalam sebuah kawanan domba, beberapa domba akan ikut kambing, lalu dibuat jadi
sebuah kawanan baru yang terpisah. Tapi karena tidak terbiasa dalam kawanan,
beberapa waktu kemudian kambing itu akan meninggalkan kawanan domba yang dipimpinnya.
Cara menyembelih domba dengan membuat domba bergerak sendiri menuju tempat
penyembelihan:
Seekor
kambing bandot dilatih membawa sebagian domba untuk membentuk kawanan
tersendiri, lalu memimpin mereka berjalan masuk ke area pembantaian. Di ujung
lorong kambing dibelokkan, tapi domba-domba disembelih. Kambing bandot yang
terlatih itu disebut "kambing Yudas" (judas goat).
Kita harus mewaspadai roh-roh di dunia ini yang tanpa
sadar menggiring kita dengan pesonanya menuju pembantaian.
Karakter kambing membuat seseorang tidak bisa menolong orang lain, tidak bisa
mengerjakan yang Tuhan perintahkan.
Yesus
menyebut dirinya Anak Domba Allah (Lamb of God). Lucifer
meng-identifikasi diri sebagai kambing. Gambar-gambar penyembahan kepada setan
adalah gambar kambing.
4. Kambing mudah menjadi liar jika ada kesempatan.
Sifat
ini membuat kambing tidak bisa kita ajak untuk membangun sesuatu, karena untuk
membangun perlu komitmen. Karakter seperti ini hanya mencari keuntungan dan
kenyamanan pribadi.
Orang yang menyendiri,
mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap pertimbangan.
HE WHO willfully separates and estranges himself [from God and man] seeks his own desire and pretext to break out against all
wise and sound judgment. (Ams 18: 1, AMP)
Domba
bergerak bersama, menghadapi lawan bersama, sadar bahwa tidak bisa hidup
sendiri.
Yang
membuat domba bergerak mengikuti gembala adalah suara gembalanya. Yesus gembala
yang baik. Jika kita mendengar suara Yesus, kita akan ikuti itu, dan kita tak
akan kekurangan.
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan
di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal
suaranya. (Yoh 10: 4)
Salah satu buah Roh adalah penguasaan diri. Penguasaan diri terhebat adalah
saat kita serahkan otoritas dan kebebasan /freedom kita kepada Tuhan.
Suatu hari murid-murid yang belum dewasa menggolong-golongkan diri ke
golongan-golong tertentu. Paulus menjawab: "Yang satu menanam, yang lain
menyiram, tapi Tuhan yang memberi pertumbuhan". Miliki sikap yang mau
menerima semua yang Tuhan berikan dalam hidup kita, dan Tuhan yang akan beri
pertumbuhan.
Bersambung ....................
- buku “Kristen Domba” (2003); penerbit Metanoia, karangan :Pdt.
Ir. Timotius Subekti;
- Buletin Doa GBI Sukawarna November 2016
- Catatan khotbah Pdt. Petrus Agung pada 19 Januari 2014